Prevehito in Altum ! Sebuah latin yang berarti “meluncur maju hingga kedalaman” di rasa tepat untuk menggambarkan pola hidup di era abad 21 dimana globalisasi menjadi acuan dari ketersediaannya kecanggihan teknologi yang menjadi faktor utama ikut berubahnya pola hidup di kalangan masyarakat khususnya kalangan muda kaum cendikiawan. Mahasiswa, cendikiawan yang menyandang gelar calon penerus bangsa, kaum berpendidikan yang menjadi sasaran empuk dari efek negative era globalisasi di tengah hegemoni hedonisme yang telah berkembang pesat, merubah banyak pola pikir, tujuan hingga gaya hidup anak – anak muda khusunya mahasiswa sekarang ini tanpa ada upaya berarti untuk membendung laju prevalensi dari pengaruh hedonisme tersebut.
Hedonisme sendiri adalah suatu paham, pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah segala – segalanya dalam hidup dan menjadi dasar tujuan utama. Para hedonis (sebutan bagi kaum yang menganut hedonisme), dimana sebagian besar dari mereka berasal dari kalangan muda yang identik dengan mahasiswa. Penampilan, materi yang berlimpah serta status sosial yang berada menjadi 3 hal utama yang mendasar bagi seorang mahasiswa, di tambah jika aliran dana yang mereka dapatkan berasal dari sumber yang melimpah, maka keinginannya untuk hidup dengan mengedepankan hedonisme akan semakin dengan mudah direalisasikan.
Di kota – kota besar seperti Jakarta sebagai pusatnya kemegahan dari megapolitannya kota. Bandung, kota dimana fashion adalah perhatian utama di kota yang disebut – sebut sebagai ‘Paris’nya Jawa. Tingkat hedonisme di 2 kota tersebut sangatlah tinggi. Bagi mereka yang tinggal disana, uang adalah sumber kesenangan segala – galanya. Bukan saja terpenuhinya hasrat kebutuhan untuk hidup, tetapi juga kebutuhan lainnya seperti hiburan hiburan dan hiburan. Penampilan, bisa menggunakan barang – barang branded akan semakin menambah kebanggaan serta menjadi bukti akan status sosial yang berada yang semakin menegaskan keberadaan kaum – kaum hedonis khususnya mahasiswa yang ada di kota tersebut. Fenomena sex bebas, konsumsi narkoba dan pesta miras adalah hal yang sudah di anggap biasa di kalangan hedonis yang tidak perlu di permasalahkan. Anggapan akan tradisionalnya budaya yang ada di negeri ini menjadi salah satu faktor yang membuat mereka menginginkan modernisasi di segala sektor kehidupan termasuk di seni arsitektur, fast food, makanan modern, tempat hiburan modern hingga diskotik modern dan ketika sabtu malam tiba, sudah jadi agenda wajib bagi para mahasiswa dengan melakukan kegiatan – kegiatan yang bertujuan mencari kesenangan seperti ke diskotik hingga perilaku yang tidak sewajarnya di lakukan oleh mahasiswa yang hanya berstatus pacaran. Bahkan yang parahnya lagi saat ketika lantunan seruan tanda panggilan Allah untuk hambanya di serukan oleh mereka para muadzin, yang terjadi adalah banyak para muda - mudi, (termasukkah mahasiswa di dalamnya?) yang seakan - akan acuh, pura - pura menulikan pendengaran mereka dari seruan adzan tersebut. Semua, terjadi hanya karena dasar bahwa kesenangan lebih penting dan sayang sekali jika di biarkan begitu saja, dasar itulah yang sebagian di jadikan acuan bahwa tujuan hidup adalah mencari kesenangan tanpa harus menghiraukan orang lain bahkan kondisi di sekitarnya.
Paham – paham seperti ini tidak dapat dengan mudahnya di hilangkan sekalipun dengan menanamkan nilai moral dan agama lantaran pengaruh hedonisme di dunia ini timbul dari pola pikir panjang tanpa adanya batasan menjadikan ego hadir di masing – masing individu dari setiap mahasiswa dan tertanam kuat. Bahkan sebuah istilah yang menyatakan bahwa apabila kita ingin melihat masa depan, maka lihatlah generasi mudanya nampaknya benar - benar di buktikan dari prilaku yang timbul di kalangan mahasiswa penganut hedonisme. Negeri ini di tentukan dari generasi mudanya, jika generasi mudanya hancur karena pengaruh hedonisme, maka lihatlah dengan mata kepala sendiri apa yang akan terjadi pada negeri ini.
0 komentar:
Posting Komentar